Di kutip dari Perpustakaan UIN Alaudin Makasar
by
Coronavirus Disease 19 atau Covid-19, menurut informasi yang banyak
diberitakan media online, pertama kali bermula di sebuah pasar
tradisional di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China. Virus baru ini
serupa dengan SARS dan MERS yang juga sempat mewabah di beberapa negara,
namun tidak separah Covid-19 yang hingga saat ini telah menjangkiti 213
negara. Akibatnya, hampir setiap negara mengambil kebijakan seperti
lockdown, physical distancing atau karantina sosial, pembatasan sosial
baik berskala kecil ataupun besar. Dengan kebijakan itulah setidaknya
diyakini dapat memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
by
Dampak yang dihasilkan luar biasa, sekolah diliburkan hingga waktu yang
tidak pasti, sebagian besar pabrik ditutup yang mengakibatkan pekerjanya
diberhentikan, sektor pariwisata hampir lumpuh total setelah beberapa
negara melarang warganya untuk masuk ataupun keluar dari negaranya, dan
sebagian hotel atau tempat penginapan difungsikan sebagai tempat
perawatan bagi pasien Covid-19. Namun demikian ada hal yang menarik,
yaitu bahwa sejak adanya pembatasan pergerakan manusia (mobilitas),
tingkat emisi (polusi) asap kendaraan dan pabrik-pabrik turun drastis.
Artinya, udara jauh lebih segar, langit lebih bersih khususnya di
perkotaan.
Dampak di Perpustakaan
Satu tempat yang juga ikut terdampak
ialah perpustakaan. Perpustakaan jenis dan di mana pun itu, mungkin saat
ini tidak lagi membuka pintunya untuk memberikan layanan, khususnya
peminjaman dan pengembalian koleksi. Untuk perpustakaan perguruan
tinggi, sedikit beruntung, karena beberapa koleksi perpustakaan dapat
diakses secara via online, seperti ebooks dan ejournals. Bagaimana
dengan perpustakaan-perpustakaan yang ada di sekolah. Tutupnya sekolah
maka tutup pula perpustakaannya. Semakin lengkaplah penderitaan selama
physical distancing yang dialami oleh guru-guru di sekolah. Terkhusus
bagi para guru yang tidak dapat memanfaatkan media teknologi informasi
saat ini.
Dari beberapa laman web perpustakaan
umum ataupun akademik yang ada di beberapa negara, tidak satupun
menunjukkan bahwa perpustakaan mereka tetap terbuka memberikan layanan
peminjaman dan pengembalian koleksi. Meskipun demikian, ada informasi
yang mengarahkan para penggunanya (masyarakat) untuk tetap dapat
mengakses koleksi digital yang dimilikinya bahkan ada beberapa
perpustakaan yang menggratiskan beberapa ebook yang dimilikinya (yang
sebelumnya tidak). Ini menunjukkan bahwa ada kepedulian yang besar
perpustakaan terhadap situasi yang hampir dihadapi setiap orang saat
ini. Memang sudah sepatutnya dengan kemajuan teknologi informasi yang
makin baik saat ini perpustakaan harus tetap berdiri di depan memberikan
informasi-informasi bermanfaat kepada masyarakat. Perpustakaan tidak
boleh “tutup”, dalam artian layanan informasinya, kepada para
penggunanya meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Bahkan
seharusnya bisa dijadikan momentum untuk lebih mendekatkan diri lagi
kepada penggunanya.
Sebagai contoh di UPT Perpustakaan UIN
Alauddin Makassar, salah satu layanan yang masih tetap berjalan ialah
koleksi 1764 judul ebooks yang dapat diakses oleh seluruh sivitas
kampus. Bahkan selama masa “belajar di rumah”, pendaftarnya terus
bertambah, baik mahasiswa maupun dosen, kata Jum, admin ebooks ini yang
dapat didownload di Google Playstore.
Jika dilihat dari jumlah judul tersebut, memang masih sangat kurang
mengingat jumlah keseluruhan sivitas kampus kurang lebih 23 ribu orang.
Rasanya dahaga para pencari ilmu belum terpenuhi, namun sedikit yang ada
sudah dapat disyukuri.
Tidak mungkin rasanya bisa memenuhi
dahaga para pencari ilmu, akan tetapi dengan situasi wabah corona saat
ini, semua perpustakaan bergerak bersama saling berbagi setiap
koleksi-koleksi yang dimilikinya. Perpustakaan Nasional RI dengan iPusnas dan e-resources
nya, perpustakaan umum dan perguruan tinggi dengan repositorinya
masing-masing telah menyediakan beragam ilmu pengetahuan bagi siapa saja
yang menginginkannya, dan masih banyak lagi media-media online lainnya
yang menghimpun ilmu pengetahuan. Maka dari itu, peran pustakawan
ataupun pengelola perpustakaan sangat diharapkan di situasi saat ini, di
antaranya yakni bagaimana masyarakat dapat diarahkan ke sumber-sumber
ilmu pengetahuan yang dapat mereka manfaatkan untuk mengerjakan tugas
kuliahnya, menambah wawasan, membuat artikel jurnal atau buku, mengisi
waktu luang, ataupun sebagai penyeimbang berita tentang Covid-19 yang
mencemaskan yang hampir setiap saat diterima di smartphone
masing-masing.
Perpustakaan tetaplah perpustakaan yang
menjadi wadah atau lembaga yang senantiasa menerangi masyarakat dengan
ilmu pengetahuan. Pandemi Covid-19 sepatutnya bukan menjadi tantangan
berarti bagi perpustakaan yang mampu memanfaatkan sarana IT saat ini.
Ketika orang-orang menjauhkan diri dengan orang lain (physical atau
social distancing), perpustakaan sebaliknya, momentum ini dapat
dijadikan sebagai usaha untuk lebih mendekatkan diri ke orang lain,
dalam konteks UPT Perpustakaan UIN Alauddin yaitu ke seluruh sivitas
akademika, ke seluruh anggota fakultas UIN Alauddin Makassar.
Komentar
Posting Komentar